Yappika Action Aid Donation Page

Pilih atau tuliskan nominal donasi

Jumlah nominal harus anda pilih

Sembunyikan nama saya dengan Anonim

Donasi Online Aman dan Terpercaya

Empat Sekolah di NTT, Empat Cerita Berbeda, Satu Bantuan dari Kamu

Dipayungi plafon kayu yang menganga, didasari ubin batu yang retak dan bergelombang, dikelilingi kaca jendela yang sebagian sudah terlepas, dan dilengkapi papan tulis yang bertumpuk. Itulah gambaran kelas di mana 53 anak laki-laki dan 93 anak perempuan belajar di SD Inpres Natoen yang terletak di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sejak pembangunan sekolah pada 1984, belum pernah ada perbaikan sarana dan prasarana sehingga seluruh 8 ruang kelas kini dalam keadaan rusak.

Bergeser ke Kecamatan Taebenu, berdiri SDN Manefu yang terletak di tengah kampung dan dikelilingi pepohonan. Anak-anak biasanya harus berjalan kaki selama satu jam untuk mencapai sekolah yang jaraknya 4-5 kilometer dari rumah mereka. Kegiatan belajar mengajar dilakukan di 6 ruang kelas meskipun 3 di antaranya kini sudah rusak berat. Untuk kebutuhan toilet, 96 anak dan 11 guru harus berbagi satu kamar mandi bersama. Namun, orang tua murid, guru, dan tokoh masyarakat yang tergabung dalam komunitas sekolah terus berjuang agar anak-anak mendapatkan gedung baru untuk belajar.

SDN Wee Nibau yang terletak di Pulau Sumba kini hanya bisa menggunakan 4 dari 7 ruang kelas yang ada untuk kegiatan belajar mengajar. Sudah lebih dari setahun 3 ruang kelas ini rusak berat dan membahayakan anak-anak. Tak jarang guru harus memaksakan proses pembelajaran walaupun keselamatan anak taruhannya. Jika terjadi hujan angin, anak akan dikeluarkan dari ruangan dan dipulangkan lebih cepat karena tembok bergoyang dan berpotensi roboh. Persoalan ini sudah disampaikan kepada dinas terkait namun belum ada tindak lanjut sampai hari ini.

"Ruang kelasnya hanya 6, tapi ada yang dipakai satu untuk ruang guru sekaligus juga perpustakaan. Ruang kelasnya juga ada yang disekat, jadi kalau guru bertanya ke siswa kelas satu, siswa kelas dua yang menjawab. Lucu, tapi kenyataannya terjadi seperti itu," ucap Abi selaku Community Officer Yayasan Bahtera yang mendampingi SDN Holur Kambata. Tak hanya itu, sekolah dan desa sekitarnya harus berjalan sekitar ke daerah perbukitan untuk menimba air. Anak-anak tidak mandi ketika berangkat sekolah dan harus membawa air sendiri untuk digunakan di kamar mandi sekolah.

Kita sering penasaran mengikuti perkembangan cerita before - after atau konten from this to this yang menampilkan perubahan signifikan. Kini, Sahabat sedang membaca cerita before dari sekolah yang memiliki satu kesamaan: kondisi infrastrukturnya kurang memadai. Situasi yang belum ideal ini bisa berubah menjadi after yang indah dengan mendukung #SekolahAman melalui:

  1. Perbaikan ruang kelas rusak dan pembangunan ruang kelas baru
  2. Pembangunan toilet terpisah antara laki-laki dan baru
  3. Penyediaan pompa air untuk sanitasi sekolah

YAPPIKA-ActionAid tidak bisa berjalan sendiri dan butuh bantuanmu dalam membuat perubahan ini.

Maukah kamu ikut menuliskan cerita yang mengubah kondisi mereka? Klik Donasi Sekarang.


Publish : Kamis, 21 April 2022
Baca selengkapnya Baca lebih ringkas

Donasi (525)

Anonim

Berdonasi sebesar Rp 10,000

13 June 2024

Wakhid Nurrohman Hanif

Berdonasi sebesar Rp 180,000

23 May 2024

Nurul

Berdonasi sebesar Rp 10,000

06 May 2024

Arika Restu Wardani

Berdonasi sebesar Rp 50,000

06 May 2024

Ajat sudrajat

Berdonasi sebesar Rp 100,000

01 May 2024

Anonim

Berdonasi sebesar Rp 70,000

24 April 2024

M Amirulloh

Berdonasi sebesar Rp 100,000

23 April 2024

Anonim

Berdonasi sebesar Rp 10,000

22 April 2024

Iqbal rasyid

Berdonasi sebesar Rp 50,000

22 April 2024

Anonim

Berdonasi sebesar Rp 800,000

21 April 2024

Doa/ Ucapan (6)

Anonim

13 September 2023

Semoga bermanfaat ya

Neny Isharyanti

02 May 2023

Semoga sekolah-sekolah semakin maju.

Bakhtiar Zein

19 October 2022

Semoga manfaat